Pembuatan Kopi Sasak secara Tradisional: Sebuah Warisan Budaya Lombok
Kopi Sasak merupakan salah satu minuman khas dari masyarakat Sasak, Lombok, yang memiliki proses pembuatan unik dan kaya akan nilai budaya. Tradisi pembuatan kopi ini bukan sekadar aktivitas sehari-hari, melainkan sebuah ritual yang diwariskan turun-temurun dari nenek moyang masyarakat Sasak. Dalam tradisi ini, biji kopi dipilih dan disortir secara hati-hati untuk memastikan kualitas yang terbaik. Setelah biji kopi dipilih, proses sangrai dilakukan dengan alat tradisional, seperti wajan besi atau tanah liat yang dipanaskan di atas api kayu. Cara ini menghasilkan aroma yang khas dan rasa yang autentik karena penggunaan api kayu memberikan sentuhan rasa yang unik. Proses sangrai dilakukan dengan keahlian khusus, di mana orang Sasak telah terbiasa memperhatikan tingkat kematangan biji kopi hingga warnanya berubah menjadi hitam pekat. Sangrai tradisional ini membuat kopi Sasak memiliki cita rasa yang berbeda dibandingkan dengan kopi yang diolah dengan mesin modern.
Setelah proses sangrai selesai, langkah berikutnya adalah menumbuk biji kopi dengan alat tradisional yang disebut “lesung” dan “alu,” yakni alat tumbuk yang terbuat dari kayu keras. Proses menumbuk ini membutuhkan tenaga dan keahlian, karena biji kopi harus ditumbuk sampai mencapai tekstur yang diinginkan tanpa menghancurkan terlalu halus. Bagi masyarakat Sasak, proses ini sering dilakukan secara bergotong royong atau bersama-sama, sehingga menumbuk kopi menjadi kegiatan sosial yang mempererat hubungan antarwarga. Setiap tumbukan memberikan kesan kelezatan dan kekuatan rasa kopi yang khas. Selain itu, keahlian dalam menumbuk kopi ini juga memiliki simbol tersendiri bagi masyarakat Sasak, yaitu simbol dari ketekunan dan kesabaran. Sebagian besar masyarakat Sasak percaya bahwa semakin telaten seseorang dalam menumbuk kopi, maka semakin lezat pula cita rasa kopi yang dihasilkan.